cover
Contact Name
Lukmanul Hakim
Contact Email
lukmanulhakim7419@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalmabasan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
MABASAN
ISSN : 20859554     EISSN : 26212005     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
MABASAN is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in MABASAN have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. MABASAN is published by Kantor Bahasa NTB twice times a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 12 No. 1 (2018): Mabasan" : 6 Documents clear
REALITAS PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA RAGAM TULISAN PADA LEMBAGA PEMERINTAHAN NFN Akmaluddin
MABASAN Vol. 12 No. 1 (2018): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.918 KB) | DOI: 10.26499/mab.v12i1.31

Abstract

Salah satu fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa negara. Atas dasar fungsi tersebut, bahasa Indonesia digunakan dalam penyusunan dokumen-dokumen kedinasan di berbagai lembaga pemerintahan. Ragam bahasa Indonesia yang seharusnya digunakan dalam penyusunan dokumen kedinasan pada berbagai lembaga pemerintahan adalah bahasa Indonesia standar. Namun, harapan ini belum sepenuhnya terlaksana karena masih terdapat banyak kesalahan berbahasa tulisan dalam penyusunan dokumen kedinasan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan berbahasa dalam dokumenkedinasan di Sekda Pemkot Mataram.  Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik kode dan pengkodean. Kesalahan bahasa tulisan yang ditemukan pada dokumen dinas tersebut sebanyak 27 yang terdiri atas kesalahan dalam bidang EYD yang meliputi: kesalahan penggunaan huruf kapital, kesalahan penggunaan tanda titik, kesalahan penggunaan tanda koma, dan kesalahan penggunaan cetak miring. Setelah diakumulasi, kesalahan dalam bidang EYD sebanyak 15 kesalahan. Sementara itu, kesalahan dalam bidang morfologi sebanyak 6, kesalahan dalam bidang sintaksis sebanyak 3, dan kesalahan dalam bidang semantik sebanyak 3 kesalahan.One of Indonesian function is state language. On the based of the function, Indonesian used in compilation of official texts in various state institutes. Indonesian manner which ought to be used in compilation of official texts is standard Indonesian language. But, this order not yet is fully executed because still there are a lot of mistake of have written language in compilation of official texts. Therefore, this research is conducted to know forms written language errors in the official texts at the Secretariat Office of the Government of Mataram City.Data collecting in this research is conducted with observation method and documentation. While data analysis conducted with code and code technique.Written language errors of found at official texts counted 27 which consist of mistake in the field of EYD covered: mistakeof usage of letter of kapital, mistake usage of dot sign, mistake usage of semicolon sign, and mistake usage of italic letter. Latter accumulated mistake of EYD counted 15 mitakes. Meanwhile, mistake morphology counted 6, mistake of syntax counted 3, and mistake of semantics counted 3.
PUISI “ODE TO PUBIC HAIR” KARYA GWERFUL MECHAIN DAN PUISI “AKU MENCINTAIMU DENGAN SELURUH JEMBUTKU” KARYA SAUT SITUMORANG: SEBUAH TELAAH BANDINGAN Kahar Dwi Prihantono
MABASAN Vol. 12 No. 1 (2018): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (915.841 KB) | DOI: 10.26499/mab.v12i1.33

Abstract

Penelitian ini mencoba membandingkan puisi “Ode to Pubic Hair” karya Gwerful Mechaindan“ Aku mencintaiMu dengan seluruh jembutKu” karya Saut Situmorang dalam kerangka postmodernisme. Dua puisi tersebut dipilih karena keduanya unik, yakni memasukkan diksi “jembut” dan imajinasi seks dalam karya puisi. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan sastra bandingan Sussan Bassnet, pendekatan pragmatisme puisi Vahid dkk., dan beberapa pendekatan postmodernisme Pilliang dan Craig Calhoun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Puisi “Ode to Pubic Hair” dan “Aku mencintaiMu dengan seluruh jembutKu”sama-samamengungkap tiga idiom postmodernisme, yakni parodi, camp, dan skizofrenia. Idiom-idiom tersebut digunakan untuk menyatakan maksud penyair, yakni mengungkap imajinasi seks walaupun terdapat sedikit perbedaan yang mana Mechain mengimajinasikan coitus (yakni persenggamaan genetalia pria dan wanita) dan cunnilingus (aktivitas seksual dengan menjilat organ seksual wanita untuk memberikan kesenangan dan kenikmatan), sedangkan Saut mengimajinasikan seks oral fellatio (aktivitas seksual mengulum atau menjilat genetalia pria untuk memberikan kesenangan dan kenikmatan). Dari kedua imajinasi seks yang mereka pilih, Mechain mengungkap pemberontakan terhadap gejala sosial masyarakat patriarki dan ketatnya pengaruh gereja. Saut dengan imajinasi fellatio memperkukuh eksistensi patriarki. Dalam hal eksistensi dalam dunia sastra, Mechain mengungkap esensi perjuangan kesamaan hak atas kenikmatan seks dan wanita sebagai pengendali seks pria (feminisme eksistensialis), Saut mengungkap pemberontakan terhadap kaidah dan norma sastra modern sekaligus mengukuhkan alat eksistensi diri yang membedakannya dengan penyair-penyair lain. The research attempted to compare two poems, "Ode to Pubic Hair" by Gwerful Mechain and "Aku mencintaiMu dengan seluruh jembutKu" by Saut Situmorang, in a postmodernism framework. The two poems wereselected because of the uniqueness of theirs, both poems presented the diction of "pubic hair" and sexual imagination. The research applied Sussan Bassnet’s comparative literary approach, Vahid’s pragmatics approach to poetry analysis, and postmodern approaches of Pilliang’s and Craig Calhoun’s. The results of the study indicated that both poems revealed three postmodernism idioms, namely parody, camp, and schizophrenia. Those presented idioms expressedpotentialmotives of the poets’, namely to uncover the sexual imagination although there was a little difference in which Mechain imagined coitus (physical union of male and female genetalia) and cunnilingus (sexual activity of moving the tongue across the female sex organs in order to give pleasure and excitement), while Saut imagined fellatio (the sexual activity of sucking or moving the tongue across the penis in order to give pleasure and excitement). Of the two sexual imaginations they selected, Mechain revealed an uprising against the social phenomena in patriarchal society and the strict church’s influence. Saut, with his fellatio imagination, reinforced the existence of patriarchal values. In terms of their existence in world literature, Mechain revealed the essence of the equal rights struggle for sexual enjoyment and women as male’s sexual controller (existentialist feminism), Saut revealeda rebellion against rules and norms of modern literature as well as establishing his self-existence that distinguishedhim among poets.
KEARIFAN LOKAL SUKU SASAK SEBAGAI MODEL PENGELOLAAN KONFLIK DI MASYARAKAT LOMBOK Muhammad Harfin Zuhdi
MABASAN Vol. 12 No. 1 (2018): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (807.182 KB) | DOI: 10.26499/mab.v12i1.34

Abstract

Kearifan lokal sebagai suatu kekayaan budaya yang mengandung nilai pandangan, kebijakan, dan kearifan hidup masyarakat dalam banyak ragam variannya, seperti tercermin dalam konsep krama, sesenggak. perteke, atau lelakaq. Namun saat ini kearifan lokal masih belum difungsikan secara optimal, padahal kearifan lokal dapat dijadikan rujukan sebagai model dalam pengelolaan konflik dan masalah sosial di masyarakat. Keterlibatan kearifan lokal dapat diupayakan melalui pembangunan perdamaian untuk mencegah dan melokalisir konflik di masyarakat, karena melibatkan kearifan lokal terbukti mampu mempertahankan harmoni sosial. Artikel ini berupaya mendeskripsikan kearifan lokal suku Sasak dengan pendekatan kualitatif berbasis content analisis. Dalam upaya pengelolaan konflik harus ada keterlibatan tokoh agama dan tokoh adat dalam mendorong hadirnya peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kearifan lokal. Oleh karena itu, untuk menjadikan kearifan lokal sebagai model dalam pengelolaan konflik, maka perlu direvitaliasi dan disosialisasikan secara sistematis dan massif sehingga dapat fungsional sebagai model pengelolaan konflik di masyarakat Lombok. Pendekatan multikultural berbasis kearifan lokal ini merupakan model penting yang dapat dimanfaatkan untu pngelolaan konflik di wilayah ini.Local wisdom can be defined as a local cultural treasure that contains the values of life policy, life viewpoints, and living wisdom. Local wisdom not only applied locally to a particular culture or ethnic, but also to be a cross-cultural or cross-etnical known as the concept of Bhineka Tunggal Ika (Unity in Diversity) in which there are teachings of mutual assistance, tolerance, hard work, and mutual respect. Local wisdom can be used as a reference in solving problems in the community.In the related reconciliation efforts, it was revealed that there was the involvement of religious and traditional leaders in encouraging the enhancement public appreciation of local wisdom. The local wisdom of the Sasak tribe varies widely, as reflected in the concept of krama, sekenggak. perteke, or lelakaq. Sasak local wisdom needs to be revitalized and socialized systematically and synergistically by traditional leaders, religious leaders and stakeholders in the region to function as a model of conflict management in Lombok society. This multicultural approach based on local wisdom is an important model that can be utilized to minimize conflicts in the region. 
KELUASAN MAKNA KATA-KATA BAHASA INDONESIA DAN KATA BAHASA MELAYU PATTANI YANG DIGUNAKAN OLEH MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Abdulkarim Duerawee
MABASAN Vol. 12 No. 1 (2018): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (982.983 KB) | DOI: 10.26499/mab.v12i1.36

Abstract

Penelitian ini bertujuan menentukan kelusan makna kata dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Melayu Pattani yang diujarkan oleh mahasiswa Thailand di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian adalah tuturan-tuturan dalam bentuk kalimat atau kata-kata  yang diujarkan oleh Mahasiswa Thailand di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap, rekam, dan wawancara, terakhir menganalisisnya. Teknik analisis data menggunakan metode padan dan metode analisis kontrastif. Hasil penelitian ini ada dua, pertama, kata-kata yang maknaya lebih luas dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut mengandung beberapa komponem makna yang sama dengan bahasa Melayu Pattani, tetapi tidak semua kata terhadap bahasa Indonesia itu komponem sama maknanya, menyebabkan bahasa Melayu Pattani maknanya lebih sempit. Kedua, kata-kata yang maknanya lebih luas dalam bahasa Melayu Pattani. Kata tersebut mengandung beberapa komponem makna yang sama dengan bahasa Indonesia, tetapi tidak semua kata terhadap bahasa Melayu Pattani itu komponem sama maknanya, menyebabkan bahasa Melayu Pattani maknanya lebih luas daripada makna dalam bahasa Indonesia.The objectives of this research are first to describe the meaning of words in Indonesian language which are different with the meaning of words in Melayu Pattani that are researched by Thailand student at Universitas of Muhammadiyah Surakarta. The second is to determine meaning of words extensively in Indonesian language with meaning of words in Melayu Pattani language that is researched by Thailand students at Universitas Muhammadiyah Surakarta. The type of research is descriptive qualitative. Data sources of this research are speech in sentences or words forms in different meaning and extensive meaning that is researched by Thailand students at Universitas Muhammadiyah Surakarta. Technique of collecting data uses free speech method, recording, and interview, and analysis. Data analysis uses comparison and contrastive method. The results of this research are (1) words in Indonesian language found that include different meaning  such as the similar words, writing and even the same of speech with different meaning. (2), words that have more extensive meaning than words in Indonesian language. That words include some meaning that are similar  to words in Melayu Pattani language. But not all words have the same meaning because Melayu Pattani language has narrow meaning. (3) The words that have more extensive meaning in Melayu Pattani than the meaning in Indonesian language
NORMATIVE DIMENSIONS OF SPEECH ACTS: EXPLORATORY STUDY IN SASAK SPEECH COMMUNITY Muh. Junaidi
MABASAN Vol. 12 No. 1 (2018): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (948.236 KB) | DOI: 10.26499/mab.v12i1.32

Abstract

This study investigates normative dimensions of speech acts. It analyzes the nature of normative dimension of speech acts.To get empirical data, 9 participants were chosen as sources of spoken language data: 2 tuan guru giving speeches in formal contexts; and 7 people engaging in casual conversations in informal context. To collect data, observation and voice recording was used. Prior to analysis, the data were transcribed, labeled and classified according to categories that appeared from the data. Findings reveal and advocate the normative and moral dimensions of speech acts generated from agent’s change normative standing to hearers in terms of right, obligation and responsibility. As a result, the study argues that moral values embedded in speech act performance such honesty, truth, self-control and respect, obedience and so forth could be taught in order to foster children good character development in comprehensive ways including moral reasoning, affection and behaviors. For that reason, moral values teaching based on speech act normativity and morality could be used as an arena for bearing good character corresponding to the process of acquiring of the first language or learning the second/foreign language. This could be a starting point for teaching moral competence through language institution that are more affordable, accessible and learnable for all rational human being all over the world. Furthermore, those moral values might be the foundation for moral action of children to bear the awareness of good interpersonal or intersubjective relationship. Based on the limitation of the study, it needs to hold further study as to the practical model of teaching moral values on the bases of moral values embedded in performing speech acts.Kajian ini menelaah tentang karakter dimensi normatif tindakan berbahasa. Data empiris diperoleh dengan melibatkan 9 partisipan, yakni 2 tuan guru yang memberikan ceramah dalam konteks formal dan 7 orang yang terlibat percakapan kasual dalam konteks informal. Data dikumpulkan melalui observasi dan rekaman suara. Sebelum analisa, data tersebut ditranskripsi, dilabeli dan diklasifikasikan. Kajian ini mengungkapkan dan mendukung  adanya dimensi normatif dan moral tindakan berbahasa yang dibentuk dari perubahan kedudukan normatif pembicara dan pendengar terkait hak, kewajiban dan tanggungjawab. Kajian ini mendukung bahwa dimensi normatif dan nilai moral yang melekat dalam setiap tindakan berbahasa seperti, kejujuran, kebenaran, komitmen, tanggungjawab, kontrol diri, saling menghargai dan lain-lain yang bisa diajarkan  dalam pengembangan karakter anak yang bermoral dengan cara yang komprehensif meliputi penalaran moral, afeksi dan tindakan. Oleh sebab itulah, pengajaran nilai-nilai moral berbasis moralitas dan normativitas tindakan berbahasa bisa digunakan sebagai arena pendidikan karakter atau nilai. Ini bisa menjadi langkah awal pengajaran kompetensi moral melalui instiusi bahasa. Di samping itu, nilai-nilai moral tersebut merupakan fondasi dalam tindakan anak yang bermoral untuk membangun kesadaran interpersonal anak yang baik. Berdasarkan keterbatasan kajian ini, diperlukan kajian lebih lanjut tentang model praktis pengajaran nilai-nilai moral berbasis dimensi normatif dan moral yang inheren dalam setiap tindakan berbahasa.
PENERAPAN ESP DI PERGURUAN TINGGI UMUM (NON ENGLISH MAJORS) MELALUI PENDEKATAN CONTENT-BASED INSTRUCTION-CBT Muhamad Nur
MABASAN Vol. 12 No. 1 (2018): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (697.005 KB) | DOI: 10.26499/mab.v12i1.39

Abstract

Mata Kuliah bahaa Inggris di perguruan tinggi umum (nonEnglish majors) di Indonesia pada umumnya adalah sebagai bagian dari mata kuliah pengembangan kepribadian. (MPK). Kelompok mata kuliah tersebut termasuk dalam kurikulum institusional yang isinya disesuaikan menurut ciri khas perguruan tinggi (PT) yang bersangkutan dengan mengacu kepada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Kemendiknas) Nomor: 232/U/2000. Karena kurikulumnya disusun secara institusional, maka kurikulum dan silabus mata kuliah tersebut ditengarai tidak selalu mencerminkan ciri khas PT bersangkutan. Ciri khas dalam konteks pembelajaran bahasa Inggris ini hendaknya menerapkan bahasa Inggris untuk tujuan khusus (English for Specific Purposes yang disingkat ESP) dengan pendekatan CBT yang mengintegrasikan bahasa Inggris untuk akademik (English for Academic Purposes yang disingkat EAP) dan bahasa Inggris untuk pekerjaan atau profesi (English for Occupation yang disingkat EOP). Metode penelitian ini adalah bersifat deskriptif kualitatif terhadap data yang diperoleh dengan mengidentifikasi dan mengobservasi kurikulum dan silabus mata kuliah bahasa Inggris yang telah diterapkan sejak tahun 2007 pada delapan PT yang diperoleh secara acakbaik negeri maupun swasta serta jenis PT. Dari sejumlah silabus tersebut, dua diantaranya dilakukan survei langsung karena lokasinya terletak di daerah yang sama dengan PT penulis yang dikatagorikan sebagai data primer. Sedangkan lainnya diperoleh melalui penelusuran internet (online) yang dikatagorikan sebagai data sekunder. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa materi pembelajaran termasuk dalam tiga katagori, yakni; (1) English for General Purposes (data: PT-1, PT-2, dan PT-7),  (2) English Grammar (data: PT-3, PT-4, dan PT-6), (3) ESP dan English for General (data PT-5, dan PT-8). Dengan demikian, tidak terdapat program studi dari sejumlah PT tersebut yang menerapkan pembelajaran ESP dengan pendekatan CBT pada mata kuliah bahasa Inggris yang mencerminkan ciri khas bidang keilmuannya pada semua PT tersebut.English course at nonEnglish majorsof Higher Education (HE) settings in Indonesia is part of a personal development courses ‘Matakuliah Pengembangan Kepribadian–MPK’. The course is including in the Institutional Curriculum, which its content is based on the related HE typical referring to the National Education Ministry Decree ‘Kepmendiknas’ Number 232/U/2000. Since the institutional curriculum is composed institutionally, so its content was assumed not always represent the related HE typical. The typical of English learning in this context is should  applied the English for Specific Purposes (ESP) with CBT approach that integrate the English course for Academic purposes (EAP) related to the field of study and the English for Occupation Purposes (EOP) related to the job or profession in the future.  The research method was a qualitatif descriptif which was conducted through identification and observation of the curriculum and syllaby of English course that had been applied since 2007.at eight states and private, and  types of the HE that taken randomly. Referring to the collected syllabus, two were taken throughdirectly survey because the location was the same region with the author which categorized as the primer data, and the others cattegorized as the seconder data which were taken through internet access.  Based on the data, it is shown that the learning materials of the HE were included into three categories;  (1) English for General Purposes (data HE-1, HE-2, andHE-7),  (2) English Grammar (data HE-3, HE-4, andHE-6), (3) ESP and English for General (dat HE-5, andHE-8). Therefore, none of the study program was applied the ESP with CBT approah for the English course that representing the field of study at all those of HE.

Page 1 of 1 | Total Record : 6